Tanah Regosol dan Pengaruhnya Terhadap Pemberian Pupuk

jenis tanah regosol

Pada kesempatan kali ini Slimsblog akan berbagi tentang pengaruh pemberian pupuk terhadap tanah regosol. Jika kalian ingin tahu bagaimana pengaruh pemberian pupuk terhadap tanah regosol yuk simak pembahasan lengkapnya pada artikel berikut ini. 

Apa Itu Tanah Regosol?

tanah regosol

Tanah Regosol adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru diendapkan. Material jenis tanah ini berupa abu vulkan dan pasir vulkan. Tanah jenis ini banyak terdapat di Bengkulu, pantai Sumatera Barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

Tanah regosol adalah tanah yang termasuk dalam ordo entisol yaitu tanah yang belum mengalami perkembangan sempurna dan hanya memiliki horizon A marginal. Bagi sebagian tumbuhan, tanah regosol kurang menguntungkan karena miskin dari sampah organik disebabkan usianya yang masih muda.

Sifat Tanah Regosol

Berikut ini merupakan sifat – sifat tanah regosol antara lainnya yaitu :

  • bersifat subur
  • tekstur tanah ini biasanya kasar/ berbutir kasar
  • peka terhadap erosi
  • berwarna keabuan
  • kaya unsur hara seperti P dan K yang masih segar
  • kandungan N kurang
  • pH 6 – 7
  • cenderung gembur
  • umumnya tekstur makin halus makin produktif
  • kemampuan menyerap air tinggi tetapi mudah tererosi

Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik.

Regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Regosol banyak tersebar di Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara yang kesemuanya memiliki gunung berapi.

Tanah regosol sangat cocok untuk pertanian khususnya tanaman padi, kelapa, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran. Itulah sebabnya mengapa tanah di lereng gunung berapi yang baru saja mengalami erupsi sangat subur dan sangat baik untuk pertanian.

Pengaruh Pemberian Pupuk

Lahan pertanian bereaksi masam merupakan suatu kendala dalam upaya meningkatkan hasil budidaya kacang tanah. Lahan bereaksi masam tersebut banyak dijumpai di daerah yang memiliki curah hajan tinggi terutama di lahan pertanian di daerah kawasan lereng gunung berapi, dijumpai lahan pertanian yang bereaksi masam walaupun dalam skala terbatas. Hal itu dapat terjadi pada lahan-lahan tadah hujan yang tergenang dan atau lahan yang berdrainase buruk.

Tanah yang bereaksi masam pada dasarnya kurang sesuai untuk budidaya tanaman pertanian karena tanaman pertanian menghendaki media tumbuh yang bereaksi netral hingga agak basa. Namun, petani telah banyak melakukan budidaya tanaman pertanian di lahan tersebut, hal ini dapat dipahami karena tidak mempunyai banyak pilihan. Sebagai dampak dari hal itu pertumbuhan dan hasil tanaman pertanian lebih rendah jika dibanding dilakukan di lahan yang bereaksi netral atau basa.

Kemasaman tanah berkaitan dengan ketersediaan hara esensial bagi tanaman, pada kisaran pH 6-7 ion-ion hara sebagian besar tersedia bagi tanaman ( Buckman dan Brady, 1982).

Sehingga akar tanaman dapat mudah menyerap ion-ion tersebut. Kendala dalam pemupukan fosfat pada tanah bereaksi masam ialah fosfat akan bereaksi dengan ion-ion aluminium (Al) dan atau besi (Fe) menjadi senyawa aluminium-fosfat dan atau besi-fosfat yang tidak tersedia bagi tanaman. Sebaliknya, pada tanah bereaksi basa senyawa fosfat akan terikat oleh ion kalsium menjadi senyawa kalsium-fosfat yang tidak tersedia bagi tanaman.

Pada lahan bereaksi masam, selain pengapuran penjenuhan senyawa fosfat dapat diupayakan agar fosfat dapat tersedia. Namun sejauh manakah pengaruh penjenuhan/ pemberian fosfat tersebut dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pertanian yang akan dibahas.

Pertumbuhan dan hasil kacang tanah akan terpengaruh oleh penambahan pupuk fosfat (SP36) terutama jika komponen pertumbuhan lain mendukung.

Salah satu jenis tanah marjinal di daerah beriklim tropika basah yang mempunyai produktivitas rendah tetapi masih dapat dikelola dan digunakan untuk usaha pertanian adalah Regosol (Psamment). Luas lahan Sub Ordo Psamment di Indonesia sekitar 1,28 juta hektar (Hakim et al. , 1986).

Penggunaan Tanah Regosol Sebagai Lahan Pertanian

Penggunaan Regosol sebagai lahan pertanian dapat dilakukan, jika terlebih dahulu diperbaiki sifat fisika, kimia dan biologinya. Sifat fisika yang menjadi penghambat adalah drainase dan porositas serta belum membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi (Munir, 1996). Hal ini menyebabkan tingkat produktivitas tanah Regosol rendah sehingga diperlukan perbaikan secara fisika, kimia dan biologi.

Perbaikan Regosol perlu dilakukan untuk memperkecil faktor pembatas yang ada pada tanah tersebut sehingga mempunyai tingkat kesesuaian yang lebih baik untuk lahan pertanian. Untuk menghindari kerusakan tanah lebih lanjut dan meluas diperlukan usaha konservasi tanah dan air yang lebih mantap. Salah satu upaya pengelolaan untuk peningkatan produktivitas sumberdaya lahan, perlu diberikan energi kepada lahan-lahan pertanian, antara lain dengan penambahan bahan amelioran, bahan organik dan pemupukan (Widjaya-Adhi & Sudjadi, 1987).

Pemberian dan pengembalian limbah organik berupa kotoran ternak (pupuk kandang), bahan organik sisa panen maupun limbah hasil pertanian pada lahan– lahan pertanian, merupakan tindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang diharapkan dapat mengurangi degradasi lahan, mendukung kemantapan peningkatan produktivitas lahan dan sistem pertanian akan terlanjutkan (Salikin, 2003).

Kadar bahan organik tanah dapat dipertahankan dengan menambah bahan organik ke dalam tanah, baik kotoran ternak yang berupa kompos dan pupuk kandang maupun sisa-sisa hijau-hijauan dari tanam- tanaman sebangsa padi dan leguminberupa jerami padi dan jerami kacang tanah (Juarsah, 2000).

Menjadi sifat bahan organik pula, selain mempunyai kemampuan ganda dalam memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah, adalah rendahnya efisiensi dan efektivitas pengaruh pada tanah (Shiddieq & Partoyo, 2000). Mengingat jumlah pupuk organik yang diperlukan sangat besar, mempunyai kandungan hara yang rendah dan lambat dalam penyediaannya bagi tanaman. Hal inilah yang perlu dicari alternatif atau kombinasi lain untuk mempertahankan kandungan hara tanah dan meningkatkan produktivitas tanah dengan pemberian pupuk anorganik (sintetis). Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, paper ini akan membahas tentang pengaruh pemberian pupuk terhadap tanah regosol untuk mengetahui sifat apa saja yang perlu diperbaiki dan berguna untuk lahan pertanian dan sesuai untuk tanaman kacang tanah.

Pentingnya Keberadaan Fosfor

Fosfor (P) dapat dianggap sebagai kunci kehidupan. Keberadaan P dalam tanaman baik sebagai fungsi cadangan energi maupun penyusun senyawa-senyawa penting. Sehingga (Bahar, 1991) pemupukan P dapat memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan menambah berat kering tanaman. Selain itu (Sutejo, 1999) pemupukan P dapat pula memperbaiki pertumbuhan generatif terutama pembentukan bunga, buah dan biji. Pada tanaman polong-polongan (kacang tanah). Fosfor memiliki fungsi spesifik dalam proses simbiosis bakteri rhizobium dengan tanaman sehingga dapat menambah hasil fiksasi nitrogen (N) oleh bakteri rhizobium. Amin (2007) melaporkan bahwa pemupukan P dapat menambah jumlah, ukuran dan berat kering bintil akar kedelai demikian pula pertumbuhan dan hasil tanaman.

Sehingga kecukupan P dalam tanaman sangat berpengaruh terhadap penampilan tanaman. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa  pemupukan  SP36  berpengaruh  terhadap pertumbuhan vegetatif (jumlah cabang, daun dan berat  kering  organ  tanaman)  (Tabel  2),  namun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan generatif kecuali komponen berat kering polong/tanaman. Hal ini  dapat  mengindikasikan bahwa P dalam tanaman tidak memenuhi kecukupan P tanaman, baik  dalam  mendukung  kerja  simbiosis  bakteri rhizobium maupun pertumbuhan generatif.

Ketersediaan  P  dalam  media  tumbuh  tanaman kacang tanah tidak memungkinkan terserap secara keseluruhan  oleh  akar,  hal  ini  terkait  banyak faktor, antara lain ketersediaan N dalam tanaman. Menurut Amin (2004) ketersediaan N merangsang serapan P demikian pula sebaliknya. Hal tersebut jika kedua unsur tersedia dalam media tumbuh. Dalam penelitian ini penambahan P terutama pada dosis 250-375kg SP36/ha dapat nyata memperbaiki jumlah cabang,  daun  dan  berat kering  organ  tanaman)  (Tabel  2),  hal  tersebut dimungkinkan  masih  tersedia  N  dalam  media.

Pemupukan  SP36  mempengaruhi  pertumbuhan vegetatif kacang tanah namun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan generatif kacang tanah kecuali komponen berat kering polong/tanaman. Pemupukan dengan dosis 325 kg SP36/ha (dosis tinggi) memiliki nilai tertinggi walaupun pada jumlah cabang dan daun tidak berbeda dengan dosis 250 kg SP36/ha dan atau 125 kg SP36/ha. Kacang tanah varietas genol memiliki nilai tertinggi pada variabel persentase bunga jadi polong, jumlah polong/tanaman, berat kering biji, berat 100 biji. Sedang varietas bima hanya pada variable jumlah biji/polong dan per tanaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *